Mahligai cinta yang
membingkai rumah tangga
sepasang suami istri tak
selamanya mampu
dipertahankan keindahannya.
Ia bukan sesuatu yang tak
lekang dimakan waktu dan
juga tak pudar terkikis
dinamika kehidupan.
Namun bukan tak mungkin
keindahan itu menjadi abadi
selamanya, tak terputus oleh
perubahan masa dan bahkan
tak terhenti oleh perpisahan
yang tak mungkin dicegah
kejadiannya. Cinta bukanlah
sekedar mencium kening
pasangan anda setiap pagi
atau menjelang tidur, juga
tak sebatas kehangatan
malam yang diisi dengan
riang canda kemesraan.
Tidak juga hanya dengan
menghadiahkan sesuatu bila
dia ulang tahun. Tetapi, cinta
lebih dari suatu komitmen
yang membutuhkan
pemikiran agar selalu
bersemi diantara anda.
Berapapun usia pernikahan
anda, bukan alasan untuk
tidak senantiasa memberikan
manisnya cinta terhadap
pasangan anda atau
membiarkan kehambaran
mentaburi hari-hari anda
bersamanya. Seiring waktu
yang berjalan, sebanyak buah
hati yang semakin besar,
seharusnya juga semakin
bertambah kehangatan cinta
diantara sepasang suami istri,
meski tidak jarang hidupnya
hanya sebatas menikmati
masa-masa tua.
Karena justru, totalitas cinta
anda kepada pasangan anda
dimasa-masa tua akan
semakin membuat pasangan
anda tersenyum bangga
(hingga ke dalam hati) bahwa
ia tak pernah salah
menjadikan anda pasangan
hidupnya.
"Berpasangan engkau telah
diciptakan, dan selamanya
engkau akan berpasangan".
Begitulah sebagian jawaban
sang Guru atas pertanyaan
seorang aulia, Al Mitra,
tentang perkawinan, seperti
dituturkan penyair asal
Libanon, Khalil Gibran dalam
Sang Nabi. Hidup diyakini
semakin punya warna dengan
memiliki pasangan. Bukankah
Allah telah mengumpulkan
yang terserak untuk
berpasang-pasangan?
Yang dituliskan Gibran bisa
sangat tepat, hanya saja yang
perlu diperhatikan adalah
keadaan pasangan itu setelah
perjalanan yang begitu
banyak melalui riak,
gelombang, onak dan duri,
Masihkah komitmen dan
pengorbanan yang diberikan
seseorang terhadap
pasangannya sama dengan
yang pernah diberikannya
saat pertama kali cinta
bersemi, atau saat awal
menapaki rumah tangga, dan
berjanji saling setia.
Masihkah kelembutan yang
dulu dicurahkan dalam
belaian-belaian kasih sayang,
sama hangatnya dengan
sentuhan pertama kali
seorang kekasih terhadap
disahkan sebagai
pasangannya. Jawabannya
tentu ada pada bagaimana
seseorang itu menempatkan
cinta agar senantiasa
bersemi, berapapun usia
pernikahan mereka.
Untuk itu perlu kiranya suatu
pemikiran yang
berkesinambungan dibangun
oleh setiap pasangan tentang
bagaimana caranya agar
kehangatan cinta tetap
melingkari setiap fase
perjalanan rumah tangga,
agar kelembutan kasih
sayang menjadi dasar setiap
gerak langkah bersama
menuju kebahagiaan dan
kedamaian kedamaian. Tidak
berlebihan pula jika berharap
cinta itu menjadi satu cinta
yang tak terpisahkan.
Berikut beberapa tips untuk
mempertahankan kehangatan
cinta:
1. Menempatkan cinta kepada
Allah diatas segala cinta
terhadap apapun. Dan
senantiasa meningkatkan
cinta itu, karena Allah-lah
yang Maha menganugerahkan
cinta kepada orang-orang
yang mencintai-Nya (QS. Al-
Maidah:54). Maka ajaklah
pasangan (dan seluruh
anggota keluarga) untuk
semakin mendekatkan diri
pada-Nya, misalnya dengan
membaca do'a Al Ma'surat
bersama setelah qiyamullail.
2. Senantiasa berdo'a kepada
Allah agar ditetapkan dalam
keshalihan, yang karenanya
rahmat, kasih sayang dan
kedamaian tetap
tercurahkan.
3. Ciptakan komunikasi yang
selaras, berkesinambungan,
mesra dengan
mengkedepankan kaidah-
kaidah berkomunikasi seperti,
kata-kata yang benar, lemah
lembut, mulia dan juga tidak
melupakan aspek ketegasan
sikap. Komunikasi yang
demikian tentu menutup
rapat celah-celah kecurigaan
dan saling tidak percaya
antar sesama.
4. Jadikan kamar/tempat
pembaringan adalah tempat
dimana segala curahan hati
bisa tumpah namun tetap
dalam koridor kehangatan
dan kemesraan. Sehingga
dalam kondisi apapun, semua
masalah tetap bisa
diselesaikan dengan kepala
dingin dan hati yang tenang,
dari sekedar lupa cium kening
pagi ini, masalah uang
belanja sampai soal
perkelahian anak-anak tadi
siang dengan teman
bermainnya.
5. Gunakan waktu secara
efektif dan efisien. Jangan
sekali-kali menggunakan
waktu keluarga (hari libur
misalnya) untuk pekerjaan
atau hal-hal yang
mengganggu waktu keluarga.
Karena dengan apapun anda
mencoba membayarnya,
kerugian yang diderita
pasangan anda tidak akan
pernah bisa terbayarkan,
meskipun anda
menggandakan kualitasnya
pada hari libur berikutnya.
6. Cerahkan hari-hari dengan
variasi, fantasi dan 'warna-
warni' yang anda ciptakan
khusus untuk pasangan anda.
Letak aksesoris kamar yang
berubah-ubah (terutama yang
ringan-ringan), atau warna
sprei dan aroma kamar yang
menyegarkan. Itu didalam
rumah, untuk aktifitas di luar
rumah, biasakan secara rutin
untuk sekedar jalan pagi
bersama di hari minggu
(libur) atau jika ada rezeki,
sempatkan untuk berekreasi
(tamasya).
7. Ciptakan juga hal-hal baru
yang menceriakan hari
bersamanya, misalnya dengan
mencuci pakaian bersama,
atau kerjabakti
membersihkan rumah dihari
libur. Cipratan air dan saling
melempar lap pel dalam
bingkai canda
(dijamin) akan mampu
meluluhkan kebekuan atau
bongkah konflik yang
mungkin saja (berpotensi)
tumbuh tanpa disadari,
mungkin tidak didiri anda tapi
pasangan anda?
8. Jadikan setiap cobaan dan
konflik yang ada sebagai
bagian dari dinamika cinta,
bukankah cinta itu tak
selamanya 'berwarna' indah?
Bahwa didalamnya juga bisa
dirasakan pahitnya perjalanan
yang dilakukan bersama, hal
itu akan menyadarkan kita
bahwa juga hidup akan selalu
menampakkan warna-warni
yang berbeda, bisa disukai
bisa tidak, namun tetap harus
dijalani. Ini seperti sepasang
kekasih yang baru menikah,
seringkali hanya menangkap
sisi-sisi indah kehidupan tanpa
peduli cobaan yang siap
(pasti) menanti.
9. Tak salahnya mengenang
selalu saat-saat indah
bersama pasangan anda,
kapanpun dan dimanapun,
sendiri maupun berdua.
Niscaya, hal itu akan semakin
membuat anda bangga
terhadap pasangan anda itu.
Atau setidaknya mampu
memaksa anda
mengikhlaskan kesalahan
yang pernah dibuat pasangan
anda.
10. Mengingat-ingat kelebihan
dan keistimewaan yang ada
pada pasangan dan
meminimalisir ingatan akan
kesalahan dan keburukan
yang mungkin (pernah) ada
padanya. Insya Allah,
indahnya cinta yang dulu
bersemi pertama kali tetap
anda rasakan saat ini,
terlebih ditambah oleh ribuan
kehangatan yang tercurah
dari buah hati yang teramat
mencintai anda berdua.
Wallahu a'lam bishshowab
(Abi Hufha)